Postingan

Awali Dentuman Kritis, Imperion Rilis "Demokrasi Distopia"

Gambar
  "Demokrasi, purnama yang teredam awan kelam. Keadilan laksana komet, terasing di kosmos hitam." Band Imperion asal Makassar muncul sebagai wajah baru di dunia musik ekstrem, menghadirkan death metal yang tajam, rumit dan teknis. Terbentuk pada pertengahan 2024, grup ini langsung menunjukkan taringnya dengan merilis single debut mereka, "Demokrasi Distopia," tepat di Hari Pahlawan, 10 November 2024. Tak sekadar perayaan, tanggal ini menjadi simbol perjuangan, sebagai pengingat bahwa heroisme dapat muncul dari siapa saja, termasuk mereka yang berani bersuara melalui musik bawah tanah. Formasi dan Visi Imperion Imperion beranggotakan Andi Iwan (vokal), Hari Sakti Zabri (gitar), Inho (bass), dan Faizal al-Karamy (drum). Keempatnya sepakat bermain di jalur technical death metal sejak terbentuk di pertengahan 2024 dengan pengaruh musikalitas utama dari band-band seperti Spawn of Possession, Djin, dan Deadsquad. Mereka mengangkat genre ini sebagai wadah aspirasi masyarak

Harakiri Menggugat Kemunafikan dalam "Bait Suci Pemuja Dosa"

Gambar
  "Bait Suci Pemuja Dosa" dari Harakiri bukan sekadar lagu, tapi tamparan keras bagi kita semua – sebuah cermin gelap yang memaksa kita melihat kemunafikan dan kerakusan yang kian dianggap lumrah dalam masyarakat. Makassar, Indonesia – Unit death metal Harakiri kembali hadir untuk mengusik kenyamanan kita semua dengan single terbarunya, " Bait Suci Pemuja Dosa ." Rilis pada 5 November 2024, lagu ini tak hanya menghadirkan dentuman musik keras yang khas, tetapi juga lirik yang penuh sindiran tajam terhadap wajah suram masyarakat kita. Harakiri, yang telah aktif sejak 2001, tak gentar menyuarakan amarah mereka terhadap praktik kemunafikan, keserakahan, dan dosa-dosa sosial yang semakin hari semakin dianggap lumrah. Meski sudah lama terbentuk, Harakiri baru merilis beberapa lagu seperti "Kemelut Kebencian," "Jiwa," dan kini "Bait Suci Pemuja Dosa." Ketiga lagu ini memang belum pernah dirilis sebelumnya, meski materi dasarnya sudah ada se

Bleeding Sound #5: Panggung Metal, Harapan, dan Konsistensi

Gambar
  "Ritual yang harus ada setiap tahunnya." –Nchoz Venomous– Makassar, The Wall by Prolog Ecosystem , 19 Oktober 2024 – Perhelatan musik underground paling ditunggu di Sulawesi Selatan, Bleeding Sound #5 , kembali hadir sebagai panggung kebangkitan bagi skena metal lokal. Diselenggarakan oleh Psychosm Production , sebuah label independen yang diprakarsai oleh para personel Critical Defacement, acara ini bukan hanya sekedar festival, tetapi juga momentum untuk memperkuat jaringan komunitas dan mengembalikan napas band-band kawakan di Makassar. Dengan dukungan penuh dari komunitas Makassar Metal Syndicate (MMS) , Bleeding Sound #5 diadakan dengan semangat untuk menghadirkan kembali semangat DIY yang kerap kali tertutupi oleh arus konser-komersil di kota ini. Sejarah Singkat dan Visi Psychosm Production Dihubungi via chat WhatsApp, Idol Blasphemy , salah satu founder Psychosm Production, menceritakan bahwa Bleeding Sound pertama kali digelar pada tahun 2006 sebagai platform bag

Desolations, Band Supergrup Death Metal Indonesia Rilis Single Perdana

Gambar
  Oki Haribowo kini lebih dikenal sebagai vokalis merangkap gitaris Death Vomit, band death metal legendaris kebanggaan kota Yogyakarta. Semangat Oki dalam berkarya terus menstimulasi kreativitasnya yang tidak terbatas. Penyaluran energi kreatifnya pun tidak cukup hanya di Death Vomit sehingga terbentuklah band barunya, Desolations . Lantas apa motivasi di balik Desolations? “Sebenarnya tidak ada motivasi apapun, karena ini terjadi dengan tidak sengaja. Di waktu luang, ketika saya bermain gitar, kadang bermain dengan hal-hal yang berbeda. Dan menghasilkan beberapa lagu,” ucap Oki. Ihwal awal terbentuknya Desolations terjadi sekitar dua tahun yang lalu. Ketika Oki sedang kongkow di tempat Eko Aryo Widodo (gitaris Anthropophagus Depravity), Oki bertemu Sahrul Ramadhan (dramer Gerogot, Anthropophagus Depravity). Dan Rama mengajak Oki untuk membentuk band. Dan sewajarnya sebuah band, mereka bertemu dan latihan hingga sepakat untuk mengajak Aditya Prakoso (vokalis/gitaris Gerogot) pada p

Qorin Melepas "Kuda Jalanan"

Gambar
 Sebagai sebuah istilah, "Qorin" dalam bahasa Arab memiliki makna yang mendalam dan dualistis—pendamping setia manusia, hadir dalam dua wujud, baik dalam kedamaian maupun di tengah gejolak amarah. Filosofi ini disulap oleh band rock asal Pekalongan, Qorin , sebagai bentuk ekspresi musikal yang mereka tuangkan lewat karyanya. Band yang terdiri dari Muhammad Faesal Reza (gitar, vokal), Muhammad Rifki Hanif (drum), dan Goldy Faizal Dwiyoga (bass, vokal) menggabungkan identitas lokal dan semangat kebebasan rock klasik untuk membedah realitas sosial sekitar, mengemasnya menjadi karya yang tak hanya provokatif tapi juga penuh renungan. Pendamping di Jalur Rock Old-School Lahir di tengah kota yang kental dengan budaya dan sejarah, Qorin memilih untuk mengusung musik rock old-school yang diwarnai blues dan stoner rock—jenis musik yang mungkin terdengar "usang" di era digital ini. Namun, di sinilah Qorin menyimpan amunisinya. Mereka tak terpengaruh tren sementara, melainkan

Hestraight Kembali nge-GAS: Meneriakkan Kecemasan dari Selatan

Gambar
  Makassar kembali digeber lewat rilisan terbaru band heavy rock/metal mereka, Hestraight . Pada 19 Oktober 2024, band ini secara resmi melepas mini album (EP) bertajuk " Gaung Ansietas Selatan " atau disingkat G.A.S. , yang langsung mengebrak skena musik underground lokal. Berisi enam trek, termasuk satu intro, album ini menyajikan deretan lagu yang menyentuh tema-tema tajam yang tak terhindarkan: mulai dari kecanduan teknologi, isu kemanusiaan di Palestina, hingga keserakahan manusia akan uang. Tak hanya itu, dukungan kepada kaum yang terpinggirkan juga menjadi salah satu pesan penting yang disuarakan. Dirilis secara independen, G.A.S. diproduksi melalui home recording , dengan segala keterbatasan alat seadanya yang ada di kediaman sang produser musik sekaligus gitaris, Fajrin Ardinata . Namun jangan salah, meski proses rekaman tidak dilakukan di studio profesional, hasilnya justru membawa warna tersendiri. Mixing dan mastering digarap oleh Nur Idham M.R , sound engineer